SELAMAT DATANG

Selamat Datang di abiddzulfikar.blogspot.com, blog ini merupakan blog yang berisi kumpulan coretan dari Sang Pemimpi
Selamat Membaca Coretan - coretan ku,, :: Piss ::
Salam SAHABAT dari SP Kendal,,, Alil

Rabu, 15 Desember 2010

Hari Sang Hamba


Tugas Membuat Cerpendalam rangka tugas akhir semester V Bahasa Indonesia


Hari Sang Hamba

Fajar terbit dalam peraduannya, diantara Venus dan berjuta bintang, di antara orang – orang yang bertafakur dalam hening, mencoba berkomunikasi dengan Tuhannya, di antara orang – orang yang menyepi, menasbihkan namaNya, di ant...ara orang – orang yang masih berada dalam spotlight, fajar tetap terbit. Karena ia terbit atas titah Tuhannya sebagai pengganti malam dengan pagi, sebagai tanda bahwa adzan Subuh mulai berkumandang, membangunkan sebagian manusia yang tengah tertidur lelap. “Ternyata dah pagi.” Kata –kata yang biasa diucapkan oleh Zul. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil wudlu. Sesegera mungkin ia menuju surau kecil di dekat rumahnya. Menunaikan kewajiban sebagai hamba.

Selepas sholat, Zul berjalan menuju rumahnya sembari mengatakan ” Bangun pagi selalu terasa nyaman. “. Tiba – tiba terlintas dalam benaknya, apakah arti sholatku tadi ? Mengapa aku harus sholat ? Apakah Allah kurang sempurna sehingga menyuruh hambanya agar sholat? “ Ah… Apa sih tadi? Lupain aja ah. “

Sesampai di rumah, Zul segera bergegas berangkat sekolah. Mulai dari mandi, ganti pakaian, dan sarapan, semua dilakukan dengan tergesa – gesa. “ Bu, ayah mana?” celetus Zul kepada ibunya. “ Ayah sudah berangkat Zul waktu kamu mandi.” Sahut ibunya. “Selalu begini, aku jalan kaki lagi. Kenapa sih bu, aku nggak dibelikan motor saja, ntar kalau sudah ada motor kan aku nggak usah jalan kaki lagi bu, terus waktu pulang aku nggak kepanasan ?” protes Zul terhadap ibunya. “ Zul, Zul.. Kamu bisa sekolah sampai SMA saja sudah Alhamdulillah. Ayah kamu rela jadi pedagang kaki lima itu cuma buat kamu Zul, buat persiapan nanti saat kamu lulus SMA. Jangan neko – neko, lihat ke bawah Zul, prihatin.” jawab ibunya dengan nada yang tinggi. Mendengar jawaban ibunya Zul pun segera berangkat sekolah tanpa salim dan salam kepada ibunya. Ia berlalu begitu saja.

Seperti biasa Zul berangkat sekolah melewati kampungnya. Pengendara sepeda dengan barang bawaan di belakangnya terlihat berlalu lalang di hadapannya, para penumpang yang turun dari kereta, para pedagang asongan, semuanya terlihat ramai tapi tidak terlihat ramai dalam pikirannya. Perkataan ibunya tadi pagi mengiang – iang dalam pikirannya, antara kesal, marah, jengkel prihatin menjadi satu dalam pikirannya. “Benar kata ibuku tadi, ku memang harus prihatin, gak boleh neko – neko. Kasihan ayah. Beruntung aku masih dapat beasiswa dari sekolah, sehinngga aku masih bisa bersekolah sampai sekarang.” ucapnya lirih. “Belum tentu kalau aku punya motor, aku akan tetap seperti sekarang. Hampir semua teman – temanku bawa motor, yang adanya kalau pulang sekolah  main dulu, dengan alasan buat tugas atau apalah. Di sekolah yang diandalkan otaknya, bukan kekayaanya.” ucap Zul mencoba menguatkan dirinya.

“Semarang, Semarang, ayo bos, bentar lagi berangkat.” Ucap seorang kernet pada Zul. Ia segera naik ke bis yang biasa ia gunakan pergi ke sekolah. Seperti biasa Zul duduk di tempat duduk depan dekat sopir bis dengan harapan dia bisa memandang ke depan dengan bebas, juga tanpa da kerumunan orang – orang yang berdiri. Bis pun berjalan dengan cepatnya. Saling menyalip antar bis saat pagi, hal biasa yang selalu dilihat oleh Zul hampir enam tahun ini. “ Susahnya cari duit, ampe bis ini cepet sekali, nyawa mereka pun dipertaruhkan apabila terjadi sesuatu yang tak dinginkan.” gumam Ia dalam hati. Ia melamun memandang ke depan, terversit pikirannya tadi pagi setelah sholat Subuh , Apakah arti sholatku tadi ? Mengapa aku harus sholat ? Apakah Allah kurang sempurna sehingga menyuruh hambanya agar sholat? Semua pertanyaan yang entah dari mana asalnya tiba-tiba muncul dalam benaknya. Semua pertanyaan yang membutuhkan jawaban.

Setiba Zul di sekolah, ia masih saja memikirkan hal itu. Ia tampak kesal dengan dirinya tak mampu menjawab pertanyaan yang tiba – tiba muncul. Selama di sekolah ia terlihat kurang konsentrasi dengan semua pelajaran yang diterima.

Pulang sekolah, ia masih saja memkirkan hal itu. Setiba di rumah dan sampai malam hari ia masih belum bisa menemukan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang membelenggunya. Dan sampai ia menutup matanya untuk tidur, ia masih belum tahu , apakah arti sholatnya tadi ? Mengapa dia harus sholat ? Apakah Allah kurang sempurna sehingga menyuruh hambanya agar sholat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar